Di tengah kehidupan yang penuh liku dan kesederhanaan, Elie Shahana Embros berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan dengan meraih gelar Sarjana Kaunseling di Universiti Putra Malaysia (UPM). Berasal dari Felda Raja Alias 4, Jempol, Negeri Sembilan, perjalanan hidupnya menjadi bukti nyata bahwa ketekunan dan semangat tidak mengenal batas, meskipun dibayangi oleh kehilangan dan tanggung jawab besar.
Kehilangan yang Membentuk Karakter
Saat berusia 19 tahun, Elie mengalami kehilangan yang mendalam ketika ibunya meninggal dunia akibat kanker usus. Kehilangan ini bukan hanya menghadirkan kesedihan, tetapi juga mendorongnya untuk memikul tanggung jawab lebih dalam menjalani hidup. Bersama ayahnya, Embros Nordin yang berusia 76 tahun, dan kakak angkatnya Emaruzita Karim yang merupakan orang kurang upaya, Elie bertekad untuk membangun masa depan yang cerah meskipun tantangan silih berganti.
Menggapai Impian di Tengah Kesibukan
Elie tidak menyerah dalam mengejar cita-citanya, meskipun harus bekerja penuh waktu sebagai peguam syarie. Latar belakang pendidikan yang kuat dalam syariah dan undang-undang, termasuk Diploma Pascasiswazah Guaman Syarie, menunjukkan keseriusannya dalam bidang hukum. Namun, ketertarikan yang mendalam terhadap bidang kaunseling tidak pernah pudar, yang akhirnya mendorongnya untuk kembali melanjutkan pengstudian di UPM.
Minat terhadap Kaunseling Sejak Dini
Semenjak zaman sekolah menengah, Elie sudah mencintai bidang kaunseling. Ketika akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi dalam bidang ini tanpa memerlukan asas kaunseling, ia merasa ini adalah momen yang ditunggu-tunggu. Hasil dari pengalaman sebagai peguam syarie yang menangani berbagai kasus emosional, seperti perceraian dan hak pengasuhan anak, menambah motivasinya untuk memahami lebih dalam ilmu kaunseling.
Pentingnya Pendekatan Kaunseling dalam Hukum
Elie memahami bahwa kaunseling memegang peranan penting dalam praktik hukum. Pengalamannya di lapangan membuatnya menyadari bahwa dalam banyak situasi, klien tidak hanya memerlukan bantuan untuk mengurus dokumen hukum, tetapi juga membutuhkan dukungan emosional. “Kadang-kadang, kita menjadi tempat mereka berpaut untuk mencari kekuatan dan bimbingan,” ujarnya, menunjukkan betapa krusialnya kehadiran seorang kaunselor dalam dunia hukum.
Kendala dalam Menyelesaikan Pendidikan
Perjalanan akademis yang dijalani Elie tidaklah mudah. Dia mengatur waktu dengan baik, bekerja dari pukul 8 pagi hingga 5 sore di Seremban, kemudian melanjutkan ke UPM untuk kuliah malam. Tantangan muncul ketika harus bergegas ke pengadilan di Kuala Lumpur atau Selangor, sering kali menyisakan waktu sedikit untuk beristirahat. “Kepenatan terkadang mengalahkan saya, tetapi semangat dan cinta saya terhadap kaunseling memberi saya tenaga,” katanya, mencerminkan komitmennya yang kuat.
Transformasi Melalui Pendidikan
Proses belajar dalam bidang kaunseling telah memberi Elie perspektif baru susun tentang kehidupan dan interaksi manusia. Ia belajar bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh cara berpikir dan latar belakang pembesaran mereka. Pembelajaran ini membuatnya lebih empati dan kurang terburu-buru dalam menghakimi, serta lebih berhati-hati dalam mendengarkan dan memahami orang lain.
Kesimpulan: Semangat Yang Tak Terpadam
Elie Shahana Embros adalah salah satu contoh nyata bagaimana seseorang dapat mengatasi keterbatasan dan kesulitan hidup untuk meraih impian. Perjalanannya dari anak Felda yang sederhana menjadi sarjana kaunseling menunjukkan bahwa dengan tekad dan usaha, siapa pun dapat mencapai apa yang dicita-citakan. Keberhasilannya tidak hanya membanggakan untuk dirinya sendiri, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengejar ilmu dan impian.

